Rabu, 13 Agustus 2008

Kepemimpinan Nasional

Kepemimpinan SBY dalam Psikoanalisa Anak Tunggal
Oleh : Lukman

Di tengah hiruk-pikuk perjalanan bangsa Indonesia yang sedang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), penulisan "karakter politik" tentangnya ini disusun bukan sebagai sebuah pledoi yang bertendensi subjektifitas atau berapologi. Pasalnya, perlu ditegaskan bahwa penulisan ini dibuat berdasarkan teori psikoanalisa, untuk melihat diri SBY dari sudut kejiwaan dan pengalaman masa lalunya. Dan di sisi yang lain, tulisan ini sekadar berupaya hadir untuk memperkaya wacana biografis seseorang yang dianggap bertanggung jawab terhadap fluktuasi laju kebangsaan serta kenegaraan Republik Indonesia.
Tulisan ini juga disusun dengan meletakkan sejauh mungkin keberpihakan politiknya kepada SBY; bukan berarti "menghitam-putihkan", melainkan menempatkan posisinya seobjektif dan seproporsional mungkin.
Sederhananya, coretan ini merupakan sejenis biografi murni berikut karier dan perjalanan hidup SBY sebagai seorang manusia biasa yang memiliki plus-minus kepribadiannya.
***
SBY lahir dari lingkungan keluarga yang bisa dikatakan prihatin. Sang ayah, yang pada saat itu bertugas sebagai Komandan Komando Rayon Militer (Danramil) dengan kewenangan mencakup satu kecamatan, tidak berarti berkecukupan secara ekonomi. Sebagai seorang bintara berpangkat pembantu letnan satu (peltu), gajinya sangat kecil. Ditambah lagi daerah tersebut termasuk wilayah terpencil dan tandus, pun sepi dari "proyek". SBY kecil—sebagai bagian dari masyarakat Pacitan—amat akrab dengan gaplek dan tiwul sebagai makanan sehari-hari. Kehidupan sebagian besar orang di kawasan itu, memang sedemikian bertumpu pada pohon singkong.
Kendati kondisi perekonomiannya anjlok, namun sebenarnya SBY bukanlah tergolong dari keturunan "biasa". Ayahnya, Raden Soekotjo, termasuk sosok terpandang di lingkungannya. Soekotjo adalah turunan salah seorang pendiri Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo. Darah bangsawan mengalir dari kedua orang tuanya, keturunan Naib Anjosari II (Majapahit) dan Sultan Hamengku Buwono III.
Sebagai anak tunggal pasangan Soekotjo dan Siti Habibah—SBY yang lahir seusai adzan Dzuhur, 9 September 1949—cukup memperoleh kasih sayang keluarga. Soekotjo yang menjabat sebagai Danramil selama empat periode pada beberapa kecamatan di Pacitan, menanamkan disiplin dan kerja keras pada dirinya.
***
Waktu bergulir. SBY beranjak dewasa. Beliau mulai berpikir untuk keluar daerah mencoba mengadu nasib, tuntutan dan harapan. Perceraian kedua orangtuanya—saat ia masih duduk di bangku SMP—adalah pukulan getir yang mengajarkannya tentang siklus hidup yang memang tak mudah untuk ditempuh. Cita-cita masa kecilnya menjadi tentara, segera dirajutnya. Tahun 1970 SBY masuk Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) di Magelang. (Dimana dua tahun sebelumnya, SBY pernah menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November, Surabaya). Di Akabri, tahun 1973 beliau menyabet predikat lulusan terbaik dengan lencana Adhi Makasaya, yang langsung diserahkan oleh Presiden Soeharto. Karier militernya terus menanjak selama 26 tahun berikutnya.
Setelah itu, SBY menyelesaikan karier kemiliterannya sebagai Kepala Staf Sosial Politik ABRI yang kemudian berubah nama karena reformasi menjadi Kepala Staf Teritorial TNI tahun 1998-1999.
Bersamaan dengan masa finishing karier militernya itu, SBY dan keluarga tinggal di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Dari wisma yang dibangun di atas tanah seluas lebih dari 3.000 meter tersebut, SBY lekas merangkai mimpinya untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Menjadi pemenang bukan hal baru dalam kehidupan Jenderal (Purn) SBY. Sesuai dengan namanya yang kira-kira berarti "sosok penuh kesetiaan dan selalu memenangi peperangan", semenjak lahir hingga menjabat sebagai Presiden ke-6 RI sekarang ini, memang berbagai "peperangan" sudah berhasil beliau taklukan. Kini, di tengah kembang-kempis situasi dan kondisi bangsa—sebagai seorang kepala negara—akankah SBY mampu menggenapi seluruh kemenangannya?
Kejiwaan Anak Tunggal
Liku-liku perjalanan hidup SBY tersebut, tak bisa dilepaskan dari pengalaman masa kecilnya, terlebih faktor kejiwaannya sebagai seorang anak semata wayang yang dibina langsung oleh orangtuanya.
Alfred Adler (1870-1937), seorang tokoh psikologi individual, menjelaskan bahwa anak tunggal dengan pendidikan dan pengayoman yang baik akan menjadi manusia yang dapat diunggulkan, karena mereka cenderung tampil perfect di depan umum, membuat perhatian publik agar tetap tertuju padanya. Ciri menonjolnya, akan selalu berupaya tampil charming dan mengontrol diri secara ketat (Kompas, 2004).
Eksplikasi tentang anak tunggal ala Adler, membawa pada sketsa kemiripan mengenai sisi kejiwaan SBY. Menurut cerita teman-temannya, SBY ini tindak-tanduknya terjaga, santun, karismatik, serta menunjukkan perhatian kepada orang lain.
Kata Adler, kebutuhan untuk terus diperhatikan, mendorongnya untuk cenderung menjaga perasaan orang lain. Sehingga tipologi orang seperti ini akan berusaha menjauhi hal-hal yang mungkin menyakiti orang lain. Ia senantiasa berupaya menjadi penengah, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan suka melakukan tindakan yang populer.
Seperti gambaran Adler, sejarah hidup SBY memang mengindikasikan posisinya sebagai anak tunggal yang secara psikologis punya pengaruh besar dalam pembentukan kepribadiannya. Susilo, demikian teman-teman sebaya kecilnya memanggil beliau, sering dijadikan sebagai pemimpin. SBY juga begitu gandrung membaca bermacam buku. Bacaan-bacaan tersebut membentuk sifat intelektualnya. SBY menjadi tempat bertanya teman-temannya tentang banyak hal, terutama ilmu berhitung, sejarah, dan ilmu bumi.
Dalam bukunya SBY Sang Demokrat (2004) diterangkan bagaimana ia berteladan pada ayah, yang membuatnya berdedikasi tinggi ketika menjalankan tugas. Sementara keterpisahannya dengan orangtua adalah peristiwa yang mencemaskan, lalu membuat SBY tumbuh menjadi anak yang belajar mandiri.
Di sisi yang berbeda, indikasi lain yang didapat dari anak tunggal, menurut Adler, adalah peragu dan bersikap terlalu hati-hati. Ini mirip dengan sikap yang dipersepsikan tentang diri SBY. Kecerdasannya memungkinkan ia mengambil keputusan yang rasional. Ia bisa saja mengambil keputusan secara cepat dan tegas, namun hal itu biasanya hanya terjadi ketika ruang lingkup masalah dikuasainya, dan tidak berkaitan dengan kepentingan orang-orang yang dekat dengannya. Selebihnya, ia lambat dan sering bimbang.
Menghindari Konflik
Pengalaman hidup dan sifat-sifat yang tumbuh, membentuk diri SBY menjadi orang yang berkarakter seperti saat ini. SBY percaya bahwa kehidupan politik adalah harmoni dan manusia yang terlibat di dalamnya bertujuan untuk bekerja sama memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan bersama (Kompas, 2004).
SBY cenderung menggunakan kata kerja (verb) yang mengandung arti harmonis, kesesuaian, dan kerjasama, seperti mempertemukan, konsolidasi, memahami, memelihara, atau menaungi. Kepercayaan ini sejalan dengan kebijakannya yang cenderung meminimalisir konflik dan "cari aman".
Dalam motif sosial, yang menonjol dari diri SBY adalah kebutuhan prestasi dan afiliasi. Seirama dengan kebutuhannya untuk menjadi orang yang dapat diandalkan, ia terdorong untuk bekerja keras dan berupaya memperoleh hasil maksimal. Kesan keragu-raguan dan lambatnya dalam menentukan sikap, sangat mungkin didasari oleh kebutuhan afiliasinya.
Dengan karakteristik kepribadian yang dimilikinya, SBY bisa tampil sebagai pemimpin yang layak diunggulkan; SBY mampu menampilkan prestasi kepemimpinannya, jika ia menyadari segala kekurangannya lalu mau menutupinya dengan cara memilih "teman yang tepat".
Jika tidak—seperti umumnya anak tunggal yang sering salting (salah tingkah) lantaran terlalu diperhatikan—SBY terancam gagal meraih kemenangan selanjutnya.


Lukman Wibowo—Pemerhati Karakter; Penulis, tinggal di Semarang

Minggu, 10 Agustus 2008

Selamat Jalan Kanda 2


Bang Imad Telah Wafat

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Salah seorang tokoh bangsa Muhammad Imaduddin Abdurahim yang dikenal dengan ‘Bang Imad’ meninggal dunia. Bang Imad telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Minggu (3/8/2008).

Bang Imad wafat di rumahnya kawasan Kampung Bulak, Klender, Jakarta Timur, Sabtu (2/8/2008) pukul 09.00 WIB. Sebelum tutup usia, tokoh cendekiawan muslim kelahiran Kab Langkat Tanjungpura 21 April 1931 itu memang menderita sakit sejak lama.
Pemakaman Bang Imad dilakukan secara kenegaraan dengan inspektur upacara Mensesneg Hatta Rajasa. Hadir dalam pemakaman yang dilakukan pukul 08.00 WIB ini, sejumlah tokoh bangsa, seperti Gus Dur dan Ketua MK Jimly Ash-Shiddiqie, serta sejumlah tokoh muslim.
Hadir juga para pendiri dan aktivis Masjid Salman ITB. Selama ini, Bang Imad dikenal sebagai pendiri Masjid Salman ITB yang sangat kesohor itu. Atas jasanya terhadap bangsa, Bang Imad dianugerahi Bintang Mahaputera oleh pemerintah.
Muhammad ‘Imaduddin’ Abdurahim MSc., PhD adalah Doktor Filsafat Tehnik Industri dan Engineering Valuation dari Iowa State University, Ames, Iowa, AS. Dosen Departemen Elektro ITB (1962-1980) dan Universitas Teknologi Malaysia (1971-1973). Aktif di Organisasi Islam Kepemudaan Lokal seperti Hizbullah, Masyumi, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PII (Pemuda Islam Indonesia) dan internasional, seperti WAMY, IIFSO dan MSA. Bang Imad adalah penggagas berdirinya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) dan Bank Muamalat.
Menurut Budi Santoso, Humas Kalam ITB, Bang Imad dikenal sebagai guru bangsa yang secara persisten dan konsisten dalam memberikan keteladanan antara iman dan amal. Kesesuaian antara perbuatan dan keyakinan tersebut banyak memberi inspirasi kepada tokoh-tokoh muda Islam.
Bang Imad, menurut Budi, merupakan tokoh penting yang mewarnai Masjid Salman ITB dengan peranannya dalam kegiatan kaderisasi. Kegiatan ini telah diakui sebagai kegiatan yang sangat penting dalam penanaman nilai-nilai tauhid, dakwah, kepemimpinan, usroh dan kebersamaan setelah mereka meninggalkan kampus dan berkiprah di dunianya masing-masing. Bang Imad juga menjadi tokoh panutan bagi kaum muda muslim di negara-negara lain.
Menurut Budi, Keluarga Alumni Salman ITB bertekad untuk tetap meneruskan pemikiran-pemikiran dan nilai-nilai yang telah dibangun oleh Bang Imad dalam penegakan kebenaran dan syiar agama Islam untuk mencapai tujuan umat dan Bangsa Indonesia.(detik.com ; Minggu, 03/08/2008 13:56 WIB)

Selamat Jalan Kanda 1

Selamat Jalan Kanda Deliar Noer

Deliar Noer (Medan 9 Februari 1926 - Jakarta, 18 Juni 2008), adalah seorang dosen, pemikir, peneliti dan penulis buku. Biografi Bung Hatta merupakan hasil karya tulisnya (buku : Mohammad Hatta Biografi Politik).

Bibliografi:
* Islam & masyarakat (2003)
* Islam & politik (2003)
* Mohammad Hatta, hati nurani bangsa 1902-1980 (2002)
* Membincangkan tokoh-tokoh bangsa (2001)
* Mencari Presiden (1999)
* Aku bagian ummat, aku bagian bangsa : otobiografi Deliar Noer (1996)
* Mohammad Hatta : biografi politik (1990)
* Culture, philosophy, and the future : essays in honor of Sutan Takdir Alisjahbana on his 80th birthday (1988).
* Perubahan, pembaruan, dan kesadaran menghadapi abad ke-21 (1988).
* Partai Islam di pentas nasional 1945-1965 (1987).
* Administrasi Islam di Indonesia (1983)
* Islam, Pancasila dan asas tunggal (1983).
* Mengenang Arief Rahman Hakim (1983).
* Bunga rampai dari Negeri Kanguru (1981)
* Administration of Islam in Indonesia (1978).
* Sekali lagi, masalah ulama-intelektuil atau intelektuil-ulama: suatu tesis buat generasi muda Islam (1974)
* Guru sebagai benteng terakhir nilai-nilai ideal; tuntutan : bekerja tertib (1973)
* The modernist Muslim movement in Indonesia, 1900-1942 (1973)
o Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (terjemahan) (1990)
* Beberapa masalah politik (1972)
* IKIP D Sewindu : pidato/laporan Rektor pada Dies Natalis ke VIII IKIP D, diutjapkan pada tanggal 20 Mei 1972 (1972)
* Kitab tuntunan untuk membuat karangan ilmiah, termasuk skripsi, (1964).
* The rise and development of the modernist Muslim movement in Indonesia during the Dutch colonial period 1900-1942 (1963).
* Partisipasi dalam pembangunan (1977)
* Pengantar ke pemikiran politik (1965)

Almarhum Deliar Noer adalah mantan ketua PB HMI yang sampai akhir hayatnya selalu memberikan perhatian kepada HMI, utamanya pada HMI-MPO. Oleh karena itu, terlewatkannya HMINEWS dalam memberitakan kepergiannya menghadap Sang Khaliq adalah sebuah kealpaan jamaah HMI-MPO pada umumnya yang kurang bisa menghargai para pendahulunya.

Tepatnya tanggal 18 Juni 2008, Indonesia kehilangan seorang tokoh ilmuwan muslim yang sangat disegani karena independensinya. Almarhum tutup usia di RSCM, pukul 13.40 WIB, dalam usia 82 tahun. Almrhum yang terlahir di Medan tanggal 9 Februari 1926 dari keluarga pergerakan keturunan Minangkabau ini adalah sosok yang perlu intelektual diteladani generasi muda HMI.

Beliau adalah doktor politik Indonesia pertama lulusan luar negeri. Beliau meraih gelar doktor dari Cornell University, USA dengan desertasi berjudul “The Rise and Development of the Modernist Moslem Movement in Indonesia, 1900-1942. Disamping itu, sebagai sosok intelektual, beliau telah menghasilkan beberapa karya buku diantaranya: “Pengantar ke Pemikiran Politik” (Rajawali, 1983), “Ideologi, Politik dan Pembangunan”, “Islam, Pancasila dan Asas Tunggal” (1985), “Mohammad Hatta : Biografi Politik” (1990), “Pemikiran politik di negeri Barat” (Mizan 1997), “Mencari Presiden” (Alqaprint, 1999), “Islam dan Politik” (Yayasan Risalah, 2003), dan beberapa buku lainnya.

Selain sosok intelektual, dalam politik beliau adalah sosok yang selalu kritis terhadap penguasa. Pada masa orde lama, almarhum harus dipaksa mundur sebagai dosen USU Medan karena dianggap menentang konsep Nasakom-nya Sukarno. Karena kekritisannya juga, almarhum dipaksa mundur oleh Soeharto dari jabatannya sebagai rektor IKIP Yakarta (kini UNJ), dan kemudian terpaksa pindah mengajar di Australia. Beliau juga merupakan salah satu tokoh Petisi 50 yang selalu aktif mengkritisi pemerintah sampai sekarang. Ketika ICMI didirikan pada awal tahun 90-an, almarhum adalah salah satu tokoh yang menentang, bersama Gus Dur dan Ridwan Saidi. Menurut almarhum, ICMI adalah organisasi yang tidak independen sehingga tak layak untuk didukung.

Memori saya terhadap Almarhum, Pak Deliar Noer adalah sosok yang telaten dan perhatian terhadap para juniornya di HMI. Saya masih ingat pada kesabarannya terhadap PB HMI dalam memberikan kursus politik setiap dua minggu sekali. Teman-teman PB HMI-MPO periode 2003-2005 tentu masih ingat, setiap minggu sore -dua minggu sekali- selalu sowan ke perpustakaan pribadi beliau di Jalan Cumi-Cumi Raya, Rawamangun, guna mengaji politik Islam. Sampai sekarang saya masih terharu oleh semangatnya mendidik kader-kader muda Islam (HMI-MPO) agar menjadi kader yang tangguh di masa depan.

Mengenai kajian dua mingguan ini, kawan saya sesama mantan PB HMI, Syifa Amin, berkomentar: “....Beliau sangat antusias berdiskusi dengan anak-anak muda. Banyak hal-hal yang behind the scene, yang tak ada di buku Pak Deliar, diceritakan blak-blakan di situ. Seperti gosip tentang Cokroaminoto yang rutin nyambangi sanggar tari di Solo, dimana ternyata sang tokoh mempunyai affair dengan salah seorang penari di sana. Ada juga cerita tentang Bung Hatta. Sebagai penulis biografi dan orang dekat Bung Hatta di masa senja, Pak Deliar tahu betul dapur sang proklamator. Katanya, Bung Hatta pernah nunggak bayar listrik dan hampir saja aliran listrik di rumahnya diputus. Saat itu, uang pensiun Wapres minim dan sang proklamator tak punya penghasilan selain dari uang pensiun itu (meski sebenarnya bisa karena banyak perusahaan yang menawarinya menjadi komisaris tapi ditolaknya).”

Rabu, 06 Agustus 2008

AL MARHALAH AT-TARBIYAH

TIPS 9 JENIS TARBIYAH (PENDIDIKAN)

Ada 9 jenis Tarbiyah (pendidikan) yang digali oleh Ibnu Qoyyim, dan dirangkum oleh Dr. Hasan Al Hijazy yaitu :

Tarbiyah Imaniyah (mendidik Iman)
Ada 3 sarana untuk mendidik iman :
  1. selalu mentadabburi (mengamati, mempelajari, menghayati) tanda-tanda kekuasaan Alloh Dzat Pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah perbuatan-Nya.
  2. Tadabbur bisa dilakukan dengan penglihatan biasa (bashiroh), penalaran akal sehat, dengan mentadabbur kekuasaan Alloh, hasil-hasil ciptaan-Nya, gejala-gejala alam, kesempurnaan penciptaan manusia, juga ayat-ayat Al Quran.
  3. Selalu mengingat kematian yang penuh ketidakpastian
Mendalami fungsi semua jenis ibadah sebagai salah satu cara mendidik iman.
Caranya :
  • banyak mengerjakan amal saleh yang sendi utamanya adalah keikhlasan
  • memperbanyak do’a dan harapan kepada Alloh semata
  • menghindari riya’ dalam berkata dan bertindak
  • mencintai firman Alloh
  • berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa langsung dengan Alloh
  • melanggengkan rasa syukur dalam keadaan apapun
Tarbiyah Ruhiyah
Cara melakukan tarbiyah ruhiyah menurut Ibnu Qoyyim
  1. memperdalam iman kepada hal-hal (ghoib) yang dikabarkan Alloh seperti azab, kubur, alam barzakh, akhirat, hari perhitungan,
  2. memperbanyak dzikir dan sholat
  3. melakukan muhasabah (instropeksi diri) setiap hari sebelum tidur
  4. mentadabburi makhluk Alloh yang banyak menyimpan bukti-bukti kekuasaan, ketauhidan, dan kesempurnaan sifat Alloh
  5. mengagungkan, menghormati, dan mengindahkan seluruh perintah dan larangan Alloh
Tarbiyah Fikriyah
kegiatan tafakkur (merenung/berkontemplasi) menurut Ibnu Qoyyim adalah menyingkap beberapa perkara dan membedakan tingkatannya dalam timbangan kebaikan dan keburukan
dengan tafakkur, seseorang bisa membedakan antara yang hina dan yang mulia, dan antara yang lebih buruk dari yang buruk.
Kata Imam Syafi’I,” Minta tolonglah atas pembicaraanmu dengan diam dan atas analisamu dengan tafakkur”
Ibnu Qoyyim mengomentari kalimat itu dengan berkala,” Yang demikian itu dikarenakan tafakkur adalah amalan hati, dan ibadah adalah amalan jawarih (fisik),sedang kedudukan hati itu lebih mulia daripada jawarih maka amal hati lebih mulia daripada amal jawarih.
Disamping itu, tafakkur bisa membawa seseorang kepada keimanan yang tak bisa diraih oleh amal semata.”
Sebaik-baik tafakkur adalah saat membaca Al Quran, yang akan mengantar manusia kepada ma’rifatullah (mengenal Alloh)
Tarbiyah ‘ Athifiyah (mendidik perasaan)
Naluri insting, kesedihan, kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan cinta merupakan perasaan-perasaan utama yang selalu mendera manusia
Cinta adalah perasaan yang bisa menjadi motivasi paling kuat untuk menggerakkan manusia melakukan apapun
Ibnu Qoyyim memberi resep mendudukkan perasaan cinta yaitu :
  1. menanamkan perasaan yang kuat bahwa seorang hamba sangat membutuhkan Alloh, bukan yang lain
  2. meyakinkan diri sendiri bahwa satu hati yang menjadi milik manusia harus dipenuhi hanya oleh satu cinta
  3. mengokohkan perasaan bahwa pemilik segala sesuatu di dunia ini Alloh semata
  4. beribadah kepada Alloh dengan nama-nama-Nya Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zhahir, dan Maha Bathin demi menumbuhkan rasa fakir (butuh) kepada Alloh
  5. bersikap tegas bahwa tak ada yang lebih tinggi dan mulia kedudukannya sesudah Alloh
  6. menanamkan ma’rifat tentang betapa banyak nikmat Alloh dan betapa banyak kelemahan kita
  7. menanamkan ma’rifat bahwa Alloh lah yang telah menciptakan semua perbuatan hamba-Nya dan telah menanamkan iman didalam hatinya
  8. menanamkan perasaan butuh pada hidayah Alloh dalam setiap detik kehidupannya
  9. serius memanjatkan do’a-do’a yang meminta pertolongan Alloh dalam menghadapi apapun
  10. menanamkan kesadaran penuh akan nikmat dan karunia-Nya yang begitu banyak
  11. menanamkan ilmu bahwa cinta kepada Alloh merupakan tuntutan iman
Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlaq)
Misi utama Rasulullah dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia
Contoh-contoh utama akhlaq mulia yang diharapkan dari seorang Muslim adalah :
  1. sabar
  2. syaja’ah (keberanian)
  3. al itsar (mendahulukan kepentingan orang lain)
  4. syukur, amanah, jujur
Cara mendidik akhlaq yang mulia :
  • mengosongkan hati dari iktikad dan kecintaan kepada segala hal yang bathil
  • mengaktifkan dan menyertakan seseorang dalam perbuatan baik (al-birr)
  • melatih dan membiasakan seseorang dalam perbuatan baik itu
  • memberi gambaran yang buruk tentang akhlaq tercela
  • menunjukkan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia
Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat)
  • Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah yang selalu memperhatikan perasaan orang lain
  • Seorang muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya dengan menebarkan bau yang tidak enak
  • Tidak cukup hanya tidak menyakiti perasaan, seorang muslim harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati saudara-saudara disekitarnya.
Tarbiyah Iradiyah ( mendidik cita-cita)
  • tarbiyah iradiyah berfungsi mendidik setiap Muslim untuk memiliki kecintaan terhadap sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung derita dijalannya, sabar dalam menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta melatih jiwa dengan kesungguhan dalam beramal
  • tanda-tanda iradah yang sehat adalah kegelisahan hati dalam mencari keridhaan Alloh dan persiapan untuk bertemu dengan-Nya
  • seseorang yang iradahnya sehat juga akan bersedih karena menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak diridhai Alloh
  • Iradah yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit ilmu, pengetahuan, dan keahlian yang berlawanan dengan syari’ah Alloh
Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani)
seorang Muslim harus secara terprogram memperhatikan unsur badan, menjaganya dan memenuhi hak-haknya secara sempurna
Perhatian yang demikian akan mengantarkan seseorang pada ketaatan penuh dan kesempurnaan dalam menjalankan semua yang diwajibkan Alloh kepada-Nya
Tarbiyah badaniyah meliputi : pembinaan badan di waktu sehat, pengobatan diwaktu sakit, pemenuhan kebutuhan gizi, serta olahraga (tarbiyah riyadhoh)
Tarbiyah Jinsiyah ( pendidikan seks)
Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Alloh, yang segera diwadahi oleh satu-satunya lembaga halal yaitu pernikahan
Faedah dari sex (jima’) menurut Ibnu Qoyyim :
  1. menjaga dan melestarikan kehidupan manusia
  2. mengeluarkan sperma yang jika tertimbun terlalu lama dalam tubuh akan membahayakan kesehatan manusia
  3. wasilah untuk memenuhi hajat sexual dan untuk meraih kenikmatan batin dan biologis
Tarbiyah jinsiyah bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
  • Memperbanyak pembicaraan tentang bahaya-bahaya zina dan berbagai kerusakan yang ditimbulkannya, termasuk ancaman terhadap dosa zina
  • Menyebarluaskan peringatan dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan perilaku homosex
  • Menjadikan kebiasaan untuk membatasi pandangan mata sebagai kebudayaan ditengah masyarakat
  • Tidak berkata-kata maupun melangkahkan kaki kecuali kepada hal-hal yang pasti mendapat pahala dari Alloh
  • Menyatakan perang terhadap semua bentuk nafsu dan keinginan yang buruk
  • Meniadakan waktu yang kosong
  • Memperbanyak ibadah sunnah
  • Melarang anak-anak bergaul dengan teman-teman yang buruk akhlaqnya
  • Melarang anak-anak dengan keras untuk mendekati khamr (minuman keras)
  • Melindungi anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya

Minggu, 27 Juli 2008

Perjuangan Hidup

Akhir Perjuangan Hidup

" Cuma fiksi karangan biasa. Tidak semua wanita malam itu buruk, walau jelek dimata. "

Angin malam yang dingin berhembus tanpa belas kasih, menusuk sumsum tulang para penghuni malam. Ratih mendekap kedua lengannya yang kedinginan. Ia agak menyesal menggunakan baju lengan terbuka di malam sedingin ini. Namun apa mau dikata, sudah menjadi resiko dan kewajiban menggunakan busana yang belum selesai dijahit oleh penjahitnya. Bila tidak, tak akan ada pekerjaan dan uang yang diburunya pun akan segera melayang.

Sebagai seorang PSK jalanan, Ratih harus bisa menjadi kelelawar malam yang mengubah waktu tidurnya. Ini bukanlah pekerjaan yang Ratih inginkan. Bila ada kesempatan, ia ingin sekali untuk meninggalkannya. Namun kesempatan itu tak pernah menghampirinya. Tak ada pekerjaan lain yang mau menampungnya, wanita yang hanya lulusan Sekolah Dasar dan tanpa keterampilan apa-apa. Apalagi dengan tanggungan tiga anak yang masih kecil-kecil. Sebagai seorang single parent yang telah ditinggal mati oleh suaminya, dia harus dapat menggantikan posisi sebagai kepala keluarga.

Malam ini pun keberuntungan menjauh dari Ratih. Tak ada seorang pelanggan pun yang mau mengambilnya, walau ia sudah lama menunggu. Ratih juga sebenarnya menyadari semua ini akan terjadi padanya. Pekerjaan sebagai PSK yang tak berkelas serta berwajah pas-pasan dan usia yang sudah tidak muda lagi, Ratih kalah saingan oleh para pendatang baru di dunia hiburan malam yang dimana mereka jauh lebih cantik dan lebih muda dari padanya. Namun Ratih tetap tegar menghadapi semua ini demi anak-anaknya. Setelah lewat pukul 2 dini hari, Ratih pun meninggalkan tempat mangkalnya bersama para sahabatnya karena pelanggan yang dari tadi ditunggunya tak kunjung datang.

Ratih tiba di rumah kontrakan sederhananya yang ia sewa dengan harga murah. Ketiga anaknya telah pergi bermain di alam mimpi mereka masing-masing. Setelah mengganti pakaian dinasnya dengan pakaian harian dan membersihkan diri, Ratih pun mengecup kening ketiga anaknya yang sudah tidur sebelum ia menyusul mereka berpetualang ke alam mimpi.

......

"Ma, tadi siang Pak Guru bilang kalau uang sekolah Nita belum dibayar, Nita nggak boleh ikut ujian." cerita Nita, anak sulung Ratih yang sudah duduk di bangku kelas 3 SMP kepada Ratih yang sedang menyiapkan makan malam untuk anak-anaknya sebelum ia pergi beroperasi.
"Iya, besok mama pasti akan bayar. Tapi Nita yang sabar dulu ya, soalnya Abi juga harus bayar uang sekolahnya. Susu Doni juga sudah habis."
"Tapi mama janji kan mau bayarin uang sekolah Nita?" tuntut Nita agak kecewa.
"Pasti. Mama pasti akan bayar kalau mama udah dapet uang. Mangkanya Nita doain dong biar mama bisa dapet rejeki yang banyak." Ratih menenangkan.
"Iya deh, semoga mamaku yang baik dapet rejeki yang banyak biar bisa bayarin uang sekolah Nita dan Abi. Sama bisa beli susu buat Doni yang imut ini, he he...."
"Ya udah, mama pergi dulu ya? Nanti kalau makannya sudah selesai tolang semuanya diberesin ya, terus ajak adik-adiknya tidur soalnya mama pulangnya malem lagi!
"Abi belajar yang rajin ya! Doni juga jangan nakal ya sayang! Nit, mama nitip adi-adik kamu ya! Jagain mereka! Mama pergi dulu." Ratih pun pergi setelah berpesan dan mengecup kening dan pipi mereka masing-masing.

......

Malam ini Ratih tidak lebih baik dari para kawan-kawannya yang lain. Ia hanya memperoleh satu pelanggan saja. Itupun uang yang diterimanya tidaklah banyak dan tidak sebanding dengan luka-luka memar yang diperolehnya karena perlakuan kasar si pengguna jasanya tadi. Namun Ratih tetap bersyukur bisa memperoleh uang untuk anak-anaknya. Sebelum pulang, Ratih membelikan susu buat Doni, anak bungsunya yang baru berusia 2 tahun.

Di tengah pejalanan pulangnya, Ratih dihadang oleh sekawanan pemuda mabuk yang memaksa Ratih untuk menyerahkan semua uang yang ia bawa. Ratih pun berusaha melawan sekuat tenaga atas pemaksaan dan perampasan uang yang akan digunakannya untuk biaya sekolah anaknya. Namun malang nasibnya. Pisau tajam seorang pemuda yang digunakan untuk mengancam dan menakuti Ratih telah menancap dalam di perut Ratih. Mereka pun segera melarikan diri, meninggalkan Ratih seorang diri yang menahan sakit, serta membawa lari semua uang Ratih. Susu yang tadi dibeli Ratih untuk Doni kini berhamburan berantakan di jalan karena diinjak-injak oleh para pemuda bengis tadi.

Ratih sudah tak kuat menahan semua ini. Tetapi ia tak mau menyerah dan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Siapa yang akan mengurus dan merawat mereka bila ia mati? Ratih tak ingin membuat Nita, Abi, dan Doni menangis lagi meratapi kepergian orang tuanya. Ratih ingin sekali melihat mereka selalu tersenyum dan meraih sukses di masa depan. Namu keinginan itu tak akan dilihat dan dirasakan oleh Ratih. Setelah menahan rasa sakit dengan sekuat tenaga, Ratih pun tak dapat tertolong lagi. Pisau tajam itu telah merenggut nyawanya. mengantarkannya menemui suami tercintanya dan meninggalkan luka di hati orang-orang yang dikasihinya.


Diposting dari Kemudian.com

Sabtu, 19 April 2008

Kohati Semarang Numpang Nampang

Putri Revolusinya HMI


Mana diantara Akhwat HMI yang siap menjadi Putri Revolusi demi terwujudnya Tamaddun Indonesia